Hampir dapat kita pastikan jika setiap orang memiliki tujuan dalam hidupnya. Baik tujuannya tersebut jelas atau tidak. Seperti ingin memiliki seorang isteri yang solekhah, mendapatkan suami yang soleh, mendapatkan pekerjaan yang baik, mendapatkan penghasilan yang besar, membeli rumah, mobil mewah atau sederhananya dapat makan enak setiap hari.
Hal ini juga hampir berlaku secara umum, bahkan bagi mereka yang tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana seperti ini, “Apa tujuan terpenting dalam hidupmu?”. Setidaknya mereka tetap ingin kaya, hidup kecukupan dan bahagia. Apakah ada yang lebih memilih hidup menderita, miskin dan hina?
Dalam dunia motivasi kita mengenal berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk menetapkan dan mencapai tujuan. Salah satunya adalah pendekatan tradisional dan moderen.
- Pendekatan tradisional
Lebih mengutamakan pada metode outer-to-inner dalam mencapai tujuan. Salah satu inti sarinya adalah pesan berikut ini, “Jika kita berhasil mencapai sesuatu hal besar dalam hidup, maka kita akan menjadi orang sukses dan merasa nyaman”.
- Pendekatan moderen
Pendekatan yang berorientasi pada misi. Para praktisi NLP percaya jika pendekatan ini lebih layak digunakan untuk meraih tujuan. Mereka (praktisi NLP) menyebutnya mission-oriented goals atau tujuan-tujuan yang berorientasi misi.
Nah, pada kesempatan yang istimewa ini mari kita bongkar pendekatan pertamanya. Sebuah mitos atau fakta jika pendekatan tradisional ibarat 4 badai yang siap menghantam dan menenggelamkan kapal yang kita tumpangi sehingga gagal sampai ke tempat tujuan. Apakah kita yakin?
Yakin atau tidak yakin, mari kita amati bersama keempat badai tersebut :
Badai 1 – Hidup untuk liburan
Orang yang menetapkan tujuan hidupnya tanpa misi dan cenderung menganggapnya untuk senang-senang. Seperti, “Saya ingin kaya tanpa bekerja, Saya ingin bersantai setiap hari, Saya ingin pensiun dan hidup di hotel-hotel berbintang”. Padahal sebenarnya, tujuan hidup yang sebenarnya adalah lebih dari itu.
Ini ibarat buah simalakama. Semua yang menjadi tujuannya biasanya menyakitkan dan tidak sebanding dengan apa yang ingin ia hindari. Sadarlah, tidak ada kebahagiaan dan kepuasan dari sesuatu yang didapatkan dengan sangat mudah.
Badai 2 – Godaan iklan yang memikat
Ada orang yang rela meluangkan waktu, menguras biaya dan memusatkan fokus untuk sesuatu yang belum tentu menjadi tujuan utama dalam hidupnya. Jika memang demikian, kita perlu mencari jawabannya sekarang. Apa tujuan yang kita capai benar-benar sesuatu yang ingin kita wujudkan?
Jangan-jangan, kita sudah menjadi budak dari iklan. Terpengaruh oleh bujuk rayu untuk menjadi konsumen aktif ini dan itu. Apakah kita tertarik untuk membeli mobil mewah karena memang benar-benar membutuhkan? Atau terdorong oleh gengsi yang dinyalakan oleh iklan? Kendalikan diri kita sekarang.
Badai 3 – Sasaran dan hasrat finansial
Ada orang yang rela menjalani hidupnya dengan sesuatu yang tidak ia suka dan berharap jika suatu nanti dirinya dapat membeli tujuan hidup yang sebenarnya. Contohnya adalah seorang karyawan yang rela bekerja bertahun-tahun dan berharap jika suatu saat nanti dia dapat membeli sebuah perusahaan yang diinginkan. Kita dapat membayangkan betapa keras dan pahitnya hari-hari yang harus dijalaninya.
Bahkan, banyak orang yang sudah hampir pensiun, memiliki cukup uang dan mampu membelinya (perusahaan yang diinginkan) namun tetap saja merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Ternyata, ini bukan hanya sekedar mampu membeli atau tidak tetapi lebih dari itu. Ada nilai-nilai lain yang tidak dapat dicapai dan dirasakan jika hanya membeli tetapi tidak terlibat dalam proses pengelolaan dan pengembangan bisnisnya. Mari kita periksa kembali diri kita.
Badai 4 – Tujuan akhir vs Cara pencapaiannya
Ada seorang penjual yang sedang frustasi. Ia ditekan oleh atasan untuk menjual produk perusahaannya. Singkatnya, dia harus menjual 50 produk dalam 1 bulan. Akhirnya dia membuat tujuan yang dangkal, intinya dia harus mampu mencapai target tersebut dengan cara apapun.
Akibatnya, dia mengambil jalan pintas. Bujuk rayu yang berujung pada penipuan pun digunakan. Memang benar, target penjualannya tercapai. Pujian dari atasan pun digelontorkan atasan. Bukan hanya itu, penghargaan pun diraihnya. Namun sayang, apa yang sudah dilakukannya menjadi bumerang. Konsumennya yang merasa tertipu mulai kabur, reputasinya semakin jelek dan akhirnya kisahnya menyedihkan. Dia dikeluarkan juga dari tempat kerjanya, sangat memprihatinkan. Pesannya, “Apapun yang terjadi tetap gunakan nilai-nilai yang ada sebagai pijakan”.
Nah, sekarang kita sudah mengetahui 4 jenis badai yang sering menghantam dan membuat kapal yang kita naiki menjadi tenggelam. Setelah mengetahui hal ini, mulai sekarang kita dapat lebih bijaksana dalam menggunakan pendekatan untuk menetapkan dan mewujudkan tujuan. Segera lakukan apa yang memang benar kita ingin kerjakan dengan senang dan nyaman.